Gara Gara Salah Kamar

Setiap
tahun pabrik selalu mencutikan karyawan selama seminggu dan inilah saatnya para
karyawan berlibur. Aku merencanakan berlibur sendiri di pantai. Jadi aku
langsung pulang setelah mendapat gaji dari atasan dan merapikan baju ke koper
untuk ke pantai.
Aku
mengunakan bis untuk pergi ke pantai. Perjalanan sangat cepat setelah hanya
memakan waktu 30 menit. Setelah sampai di pantai, aku mengambil koperku ke
tempat resepsionis dan memesan hotel untuk istirahat. Tapi aku terkejut ketika
seseorang bangun dari tempat duduknya. Dia adalah perempuan yang sangat cantik
dengan tubuh tinggi sekitar 160cm. Aku agak terbengong sejenak dan tiba-tiba…..
“Ada apa pak?” tanya cewek itu. “Eee… Saya ingin memesan kamar.” Jawabku. “Mau
pesan yang mana mas?, disini ada tiga macam kamar.” tanya lagi dengan
menunjukan papan harga tiga kamar.
Aku
agak bingung memilih kamar karena aku terpesona oleh kecantikan gadis ini.
“Saya ingin kelas menengah” Jawabku setelah berusaha menghilangkan melamunnya.
“Harganya Rpxxx” Jawab cewek itu. Lalu aku membayar uang tersebut. Pada saat
dia mengetik komputer resepsionis, aku sengaja melihat namanya yang menempel di
baju sakunya. Lia namanya. Aku juga lihat tubuhnya dan aku mengelengkan
kepalaku sambil berpikir, “Benar benar sempurna.” Walaupun dia mengunakan jas
seperti layaknya karyawan tapi tubuhnya sangat seksi. Aku terus bengong sambil
menunggu dia selesai mengetik. Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan mengasih
kunci itu sambil berkata “Selamat menikmati hotel kami.” Aku mengambil kunci
itu dan naik ke kamar hotel. Sesampai di kamar hotel,

“Ap..a…kah.
in..i kamar no.xxx?” Aku terkejut mendengar perkataannya karena biasanya
perempuan langsung menutup pintunya kalau melihat tubuh telanjang lawan jenis.
Aku bingung harus menjawab apa karena takut salah. Masih dalam keadaan
telanjang,aku memberanikan diri dan menjawab. “Tolong anda masuk dan tutup
pintunya dulu.” Aku mulai merasa sangat kacau karena aku tidak tahu apa yang
kukatakan benar atau salah. Perempuan itu tersenyum dan masuk ke dalam kamarku.
Setelah menutupi pintu kamarku, dia bertanya lagi. “Apakah ini kamar no.xxx?”
Aku sangat pusing melihat keadaan sekarang dan bermaksud untuk lari tapi aku
tidak bisa lari.
Aku
menghembus napasku dalam-dalam dan berkata. “Ini.. bukan.. kamar… xxx..”
Setelah mendengar jawabanku, dia tidak pergi malah mendekatiku dan berkata.
“Kenapa kau masih dalam keadaan telanjang?” Setelah mendengar perkataan itu,
aku masih bingung sekaligus terangsang seolah ingin cepat-cepat bergumul
dengannya tapi juga takut karena belum pernah melakukan hubungan dengan lawan
jenis. Tangan kanan perempuan itu mulai memegang badan bidanku dengan usapan
kecil. Aku masih belum tahu apa yang harus kulakukan. Tangan kirinya memegang
alat vitalku dan bertanya. “Apakah kau pernah melakukannya?” Aku tidak menjawab
dan langsung mencium bibir mungil itu secara acak- acakan. Dia pun mulai
membalasnya. Aku kaget dengan reaksiku sendiri karena aku tidak memerintahkan
untuk mencium.
Dia
mulai mengeluarkan lidahnya dan mencari lidahku. Aku jadi mulai membalasnya.
Setelah beberapa saat kami ciuman, dia melepaskan ciumannya dan berkata di
dekat telingaku. “Tenang saja, kita akan bersenang senang.” Dia membuka semua
bajunya dan melempar di lantai. Tampaklah bukit kembar yang lumayan besar dan
garis feminimnya dengan sedikit berbulu. Aku menelan ludah setelah melihat
tubuh wanita yang begitu indahnya tepat di depan mataku. Dia mendorongku ke tempat
ranjang dan aku jatuh terbaring di ranjang. Dia datang dan mulai mengusap
elangku. “Ahh…………” Gunamku. “Apakah enak mas?” Tanya si cewek. “En…..ahhkk….k”
belum sempat aku menjawab, dia sudah memasukin penisku ke dalam mulutnya. Dia
masih mengulum penisku yang membuatku merem-melek dengan napas yang tidak
teratur. “Ahhhkkkkk…………. Ahhhkkkkk………
Ahhhkkkkk…….”
Aku mengerang saat lidahnya menjilati lubang penisku. Dia terus menjilati
lubang penisku jadi rasanya seperti mau cepat cepat keluar. Setelah beberapa saat,
aku mulai merasa gatal dan berdenyut di sekitar penisku. “A..khhhh…u
ti….d..ahkk khh…..uu…..aaaatttt.” Teriakku. Aku langsung menyemburkan cairan
kejantananku ke dalam mulut perempuan itu. Cairan yang kukeluarkan sangat
banyak tapi sepertinya perempuan itu menelan sebagian spermaku. Badanku
langsung terasa lemas dan serasa ingin tidur. “Mas jangan tidur dulu dong
mas!!” teriak cewek itu sambil menepuk dadaku. Aku terbangun dan ingat bahwa
aku sedang melakukan hubungan. “Ak..u be..nar be..nar di..buat kamu pingsan, eh
ngo..mong ngo…mong kamu sia…pa?” Aku berbicara setelah ingat bahwa aku ingin
tahu siapa dia. “Kalo mas ingin tahu siapa aku, kau harus
melakukannya
sekali lagi, setuju tidak?” tantang cewek itu. “Iya deh.” jawabku dengan lebih
percaya diri dan langsung bangun dari tempat tidur untuk melakukan seksual. Aku
membalikkan badan cewek itu menjadi tidur berbaring dan langsung menjilat
payudaranya mulai dari kiri dan menekan jari telunjuk ke punting kanan cewek
itu. “Ahh…..” Gunam cewek itu. Aku terus menjilat puting kirinya cewek itu
dengan lembut dan menghisap sambil mengoyangkan jari telunjuk kiri ke punting
kanannya. Ini membuat dia merem-melek dan… “Ahhhh……ge…li…. geee…lliiiii ahhh….”
“Masssss……”
rintih cewek itu dengan suara menggoda. Aku yang tadinya sudah kecapean mulai
terangsang lagi setelah mendengar suara merdu yang mengoda. Aku terus menjilati
kadang kadang mencium, menghisap dalam-dalam supaya ingin merasakan nikmat
punting susu seorang wanita. Setelah puas dengan yang punting kiri, aku menghisap
yang kanan. Ini kulakukan berulang kali sampai payudaranya basah penuh oleh
cairan ludahku. Tangan kananku mulai menurun dan memegang bagian feminim wanita
tersebut. Aku mencoba memegangnya dengan seluruh tangan tetapi wanita tersebut
menolaknya dengan mengrapatkan kedua pahanya. Aku ingin berusahanya tetapi dia
mengatakan sesuatu diiringi dengan rintihan. “Mas… s…… ja…… ngan…….
duuu…lll…uuuuu…..mas”
“Sa…yyaaa…. ma…ssiihhh….. pe…..rrraaaa….wwa….aannn” kata cewek itu. Aku tidak
perduli dengan rintihan tersebut dan mencobanya dengan mencium bibirnya dengan
tangan kiriku masih memijit bagian kanan punting wanita tersebut. Setelah
mencium bibir tersebut aku menulusuri leher wanita tersebut.
“Ge……llllliiiiii….. ahhhhh…. ngi……llluuuu” rintih wanita tersebut. Aku ingin
sekali rasanya untuk cepat cepat menghabisinya tetapi aku masih bingung harus
merangsangkan bagian mana lagi supaya dia terangsang. Jadi aku mendekatkan
kuping wanita itu dan mengatakan sesuatu. “Sayang, saya ingin sekali mencicipi
keharuman feminim mu.”
“Tuunnnnngggguuuuu……….
Masssssss….. Ahhhh….” Jawab Cewek itu. Tetapi kata kata tersebut mulai melemah
dan pada saat tangan kananku mulai membuka bagian paha cewek itu, dia
sepertinya tidak menolak. Dia membuka pahanya dan aku mulai merasakan kehangatan
bagian bawah cewek tersebut. Aku mulai memegangnya dengan telapak penuh dan
mengerakannya naik turun dengan irama pelan. “Shhhhh……Shhh…” Cewek itu
merintih. “Hhhhhh…….hhhhhh” Aku memberanikan diri dan mulai mengosokkan
vaginanya dengan agak cepat sambil menghisap puntingnya sangat dalam. Ini
membuat dia tambah terangsang dan aku mulai merasakan lembab vagina perempuan
tersebut.Aku melepaskan ciuman tersebut dan langsung menurun ke bagian feminim
tersebut. Aku mengendus dan merasakan keharuman yang tidak pernah aku rasakan
sebelumnya. Aku pun memulainya dengan jilatan kecil di permukaan vagina yang
membuat napasnya tidak teratur.
“Hhhhh……….hhhhhh”
“A…..ku…….ahhhhhhssssshhhh” Cewek itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu
tetapi aku tidak memperdulinya dan menjilatinya dengan lebih cepat. Aku
menjilatinya terus-menerus sampai aku mulai merasakan ada sesuatu yang seperti
bola kecil mencuat keluar. Aku tidak mengerti dan coba untuk menjilatinya tapi
tiba-tiba……. “Ahhhhkkkkk…….. Ge…..lllllliiiiii….. niiikkk…Ahhhhh….ma…t… ahh..”
Cewek itu merintih lebih keras seolah olah ingin minta tolong pada seseorang.
Aku pun mengerti ternyata dia merasa nikmat kalau dijilat di daerah situ. Dia
mulai menjambak kepalaku yang membuatku kesakitan tapi aku tidak ragu-ragu lagi
dan mulai menjilatinya terus-menerus sampai tiba-tiba aku mendengar sesuatu.
“Ahhhhh….. kk…. Ak……uuuu……
iiiiinnnggg…iii…nnn…. kkkkeeeelllluuuuaarrr” Bersamaan dengan suara itu, aku merasa ada cairan yang keluar sangat deras. Kepalaku pun dijepit erat-erat yang membuatku tidak bisa bergerak. Aku merasa sesak napas karena tidak ada ruangan yang bisa buat bernapas. Aku diam sejenak untuk mengetahui apa yang terjadi. Setelah beberapa saat, tangan yang memjambakku mengendor dan kaki yang menjepitku pun melepas. Aku mengangkat kepala dan lihat matanya mulai terbuka.
“Ma..sss….kamu…he…bbaattt….”
Ujar cewek itu. “Kamu juga hebat sayang.” Jawabku. “Masss, kau.. tahu…. tidak….
bahwa…. kau…. sala.h kam..ar?” Tanya cewek itu dengan suara lemas. Aku agak
bingung dan berbicara kembali. “Ini kan kamar yyy….” “Tid…ak, Ini kam..ar…xxx”
tutur cewek itu. Aku kaget setengah mati dan baru mengerti bahwa akulah yang
salah. “Nama kamu siapa sayang?” Aku tanya dia setelah tenang dengan memegang
pipinya. “Ak.u ada..lah Cellia.” Jawabnya. “Apakah kau mau jadi istri saya?”
Tanyaku. “Kau be..nar-be..nar nak..al.” Jawabnya. Setelah menjawab itu, aku
langsung mencium bibirnya dan memulai permainannya lagi. Aku mengeluarkan
lidahku dan mencari lidahnya untuk dimain. Dia pun membalasnya dengan penuh
nafsu. “mmm…..mmmmm…..” itulah suara yang dikeluarkan waktu lidah kami beradu.
Aku terus memainkan lidahnya sambil kuangkat setengah badannya. Keadaanku
sekarang lebih tenang dibanding yang tadi jadi aku melepas ciumannya dan dengan
santai menjilati lehernya naik turun. “Hhhhhhh……..hhhhh..”
itulah
suara cewek yang lagi mendesah. Permainan di leher sudah cukup untukku dan aku
bermaksud untuk mulai lagi di bagian dadanya. Aku turun dan mulai menghisap
payudara kirinya. Aku menyedot, mencium, mengendus payudaranya. Sedangkan
tanganku mulai lagi memijit kanan payudara indah itu. Aku menghisap
terus-menerus sampai payudara kirinya basah kuyup dan aku pun berpindah lagi
menghisap ke punting kanan. Aku mengulang terus-menerus dari kiri ke kanan, dan
kanan ke kiri. “Ahhhh…… Ahhhhh… Ahhhhh…. geeee….llliiii…. ngi…lll…uuuu….”
Itulah kata-kata yang terulang terus- menerus. “Maaaa…ssssss…. co….bbbaaa…..
mm…..aa..sssuuuu…kkkiiiinnn….
mmm..aaaa..ssss..”
“Akkk…uuuuu… suuu..dd..ahhh… s…iii…aaa…pppp…Akhh.” Sepertinya kata itu mulai
muncul ketika aku mengigit kecil di punting kanan wanita itu.Aku masih belum
ingin menancap gas karena pikiranku sudah agak tenang, aku ingin dia merasakan
kehebatan permainanku. Tetapi dia sangat ganas. Dia membalikan tubuhku dan menindihnya
di atas tubuhku. Aku tidak bisa apa-apa dan mengikuti permainannya. Dia
menunduk dan menjilati puntingku. “Ahhhkk….Ahhhh.” Desahku sambil berusaha
mengangkat kepalanya. Tetapi dia melarang dan menepis kedua tanganku. Setelah
menjilat sebentar puntingku, dia duduk memegang penisku dan berusaha
memasukinya ke dalam liang vaginanya. “Astaga, ini perempuan masih perawan tapi
berani memasukinya,
benar
benar lihai.” pikirku. Saat memasuki ke dalam liang vaginanya, aku mengalami
kesulitan. Aku merasa susah sekali memasukinya. Dia mulai menekan sedikit demi
sedikit dan akhirnya masuk setengah. Setelahmemasukinya, dia mulai mengenjot
dengan irama pelan. “Ahhh…Ahhh.” Kami berdua mendesah secara bersama. Aku
merasa sepertinya ada sesuatu yang menyentuh seperti dinding di dalam vaginanya
tetapi aku tidak tahu apa itu karena yang kurasakan saat itu hanyalah nikmat.
Aku mulai mengangkat pinggulku untuk menusuknya lebih dalam. “Ahhhh….Ahhhh.”
Kami terus mendesah tidak beraturan. Permainan yang menyenangkan ini kuteruskan
dengan irama agak cepat tapi sepertinya cewek itu agak kesakitan.
“A….dduu..hhh… sssaa…kkkkk..iiii…tttt” “Say.., ke..na..pa?” Tanyaku. “Ak…uuu
suu…dddaahh….Ahhhhh.” Jawabnya terhenti. “Ke..na..pa?”
Tanyaku
penasaran. “ttiii…ddaakkk…per…aaww…a..nnn” Lanjutnya lagi. Pada saat bersamaan
dengan teriakan itu, aku merasakan seperti menembus sesuatu dan aku sadar pada
saat darah mengalir di daerah perutku. Ternyata aku telah meregut keperawanan
gadis itu. “Celaka, aku tidak sadar bahwa dia masih gadis karena saya terlalu
keasyikan bermain.” Pikirku. Pada saat yang sama, pikiranku juga merasakan
menyesal sekaligus nikmat. “Mau gimana lagi, nasi sudah jadi bubur!” Aku diam
sejenak untuk menenangkan situasi. Setelah agak tenang, perempuan itu melihat
ke arahku dengan agak merangsang sambil menekan dadaku dan mulai mengenjotnya
lagi. Aku pun tersenyum dan mengetahui bahwa dia tidak menyesal kehilangan
kegadisannya. “Ahhh……Ahhhhhh.” Kami mulai lagi mendesah hebat ketika enjotannya
semakin cepat. “A….yooo….. masss….” Dia mengatakan itu sambil mendesah.
“ma…ssuuukkkiinn…. ahhh… ke….. daaaa…la…am.” Dia terus berusaha mengatakan
sesuatu. “akkk….uuuu in….giii…n me…ra.a..saa..kan el…ang…aahhhh…..
bb…eee..sss..aaa..rrr.”
Aku tidak begitu jelas apa yang dia katakan, tetapi saya tahu bahwa
dia menikmatinya karena dia terus mengenjotnya dengan irama lumayan cepat dibanding tadi. Marathon yang melelahkan masih terus berlanjut, permainan ini kurasakan sangat lama sampai aku mulai merasa ada yang berdenyut lagi di sekujur burungku. “Cell…iiaa…, a…kkkkuuu..ahh… iinnngggiinnn…kkkeee..lllluuaaarrr..” Aku berbicara sambil memegang pinggul perempuan itu. “Sayyaa… jjjuuu.gggaaa… ttiiiddaakkk….aahhhhh… ttaahhaaannn.” Suara histeris perempuan itu mulai kencang. Tiba-tiba aku merasakan ada cairan banyak yang keluar dari liang tersebut dan memuncratkan di penisku. Cairan ini membuat permainanku ingin cepat berakhir karena sangat licin dan…. “Ahhhhkkkkkkkk…..Ahhhkkkkkk” Aku teriak sekencang kencangnya sambil menaik-turunkan pinggul perempuan itu dengan sangat cepat. “Croootttt……Crooottttt….”
dia menikmatinya karena dia terus mengenjotnya dengan irama lumayan cepat dibanding tadi. Marathon yang melelahkan masih terus berlanjut, permainan ini kurasakan sangat lama sampai aku mulai merasa ada yang berdenyut lagi di sekujur burungku. “Cell…iiaa…, a…kkkkuuu..ahh… iinnngggiinnn…kkkeee..lllluuaaarrr..” Aku berbicara sambil memegang pinggul perempuan itu. “Sayyaa… jjjuuu.gggaaa… ttiiiddaakkk….aahhhhh… ttaahhaaannn.” Suara histeris perempuan itu mulai kencang. Tiba-tiba aku merasakan ada cairan banyak yang keluar dari liang tersebut dan memuncratkan di penisku. Cairan ini membuat permainanku ingin cepat berakhir karena sangat licin dan…. “Ahhhhkkkkkkkk…..Ahhhkkkkkk” Aku teriak sekencang kencangnya sambil menaik-turunkan pinggul perempuan itu dengan sangat cepat. “Croootttt……Crooottttt….”
Burungku
akhirnya mengeluarkan cahaya putih yang sangat banyak. Kurasakan bahwa aku
menyemburkannya 7 kali didalam liang vagina perempuan tersebut. Setelah
beberapa saat, tanganku mulai berhenti dan melepaskannya. Aku pun terasa sangat
lemas. Aku memejamkan mataku dan aku pun tertidur. Di detik terakhir, aku hanya
merasakan bahwa perempuan itu tertidur di pangkuan dadaku. Setelah matahari
terbit di pagi hari, aku pun pelan-pelan membuka mataku. Aku masih bingung
apakah kemarin aku bermimpi atau tidak. Aku pun menengok kiri dan kanan untuk
mengetahuinya. Ternyata aku tidak mimpi dan aku melihat ada wanita sedang
merapikan bajunya dan siap untuk pergi.
Aku
memanggilnya tapi…. “Sayang, kau mau ke mana?” Tanyaku. Dia hanya tersenyum dan
pergi keluar. Aku pun tidur lagi karena aku benar- benar kecapean. Sejak
kemarin aku selesai kerja, aku tidak istirahat. Aku bangun lagi setelah segar
dan memakai kembali pakaianku. Setelah selesai, aku pun keluar dengan bagasiku.
Aku melihat pintu nomor yang ditempel di pintu dan ternyata aku benar-benar
salah. Ruanganku ada di sebelah. Aku taruh barang-barang di kamarku dan keluar.
Pada saat aku keluar dan berjalan di lorong, aku melihat ada pembersih ruangan
berjalan menuju ke sini. Aku pun mengsenyum pagi ke pembersih laki-laki itu.
Aku melewati pria itu dan mendengar suara pintu terbuka. Aku menengok sebentar
dan aku kaget karena pintu yang dibuka adalah ruangan yang aku tidur bersama
perempuan kemarin. Aku bergegas kembali ke sana dan menghentikannya.
“Tunggu dulu pak, jangan dibersihin ruangan ini.” “Ah?” Pria itu
sepertinya bingung. “Ruangan ini kan sudah check out tadi pagi.” Lanjut pria
itu. “Emangnya ini ruangan bapak?” Lanjut lagi dengan pertanyaan. Aku bingung
sekaligus kaget karena wanita yang bersetubuh denganku pergi begitu saja tanpa
pemberitahuanku. “Tidak pak, aku pikir itu ruangan saya.” Aku jawab setelah
mengetahuinya. Aku pun keluar hotel dengan menyesal dan pergi makan siang. Sisa
liburanku hanyalah hampa karena aku sendiri di dalam hotel sambil menyedih hati
berbaring di ranjang.